analisis puisi chairil anwar aku

Persamaantema puisi Chairil Anwar adalah persamaan kumpulan puisi Chairil Anwar dan Heru Untung Leksono ini yaitu sama-sama menceritakan tema yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, baik berhubungan dengan cinta, perjuangan hidup, dan rasa sosial maupun yang lainnya. Maksudmengucur darah adalah banyaknya darah yang keluar dari tubuh Yesus (Isa). · Gaya bahasa yang terdapat pada penggalan puisi tersebut adalah: § Majas hiperbola pada larik “mengucur darah” karena melebih-lebihkan penderitaan yang dialami Isa. § Patah: hiperbola. § Majas anafora: mengucur darah. · Citraan. Karya Chairil Anwar . Kepada pemeluk teguh . Tuhanku. Dalam termangu . aku masih menyebut nama-Mu. Biar susah sungguh. Mengingat Kau penuh seluruh. Caya-Mu panas suci. Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi. Tuhanku. Aku hilang bentuk. Remuk. Tuhanku. Aku mengembara di negeri asing. Tuhanku. Di pintu-Mu aku mengetuk. Aku tidak bisa berpaling PuisiAku Chairil Anwar. Minggu, 26 Juli 2020 16:05. Penulis: iam | Editor: abduh imanulhaq. Musikalisasi Puisi - Aku (Chairil Anwar) Watch on. Puisi Aku Chairil Anwar - Kalau sampai waktuku ‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu. TRIBUNJATENG.COM - Berikut ini puisi Aku Chairil Anwar: Aku. AkuKalau sampai waktuku 'Ku mau tak seorang 'kan merayu (Selengkapnya baca di sini) (Chairil Anwar, DCD 1959:7) Parafrasenya Kalau sudah habis nafasku Ku tak mau seorangpun menangisi ku Tidak perlu ada tangis dan duka atas kematianku Aku ini binatang jalang yang bebas dan lepas Yang terbuang oleh pergumulan manusia Kucing Tidak Mau Makan. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Karya sastra adalah bentuk ekspresi artistik yang mengandung keindahan dan didasarkan pada ekspresi pribadi individu, baik dalam bentuk perasaan, pikiran, pengalaman hidup, dan imajinasi. Karya ini dapat diserahkan secara lisan atau tertulis dengan tujuan disukai oleh publik karena memiliki nilai estetika dan tujuan satu bentuk karya sastra yang diinginkan oleh publik pada umumnya adalah puisi. Puisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI adalah jenis sastra yang menggunakan bahasa yang terikat oleh ritme, mantra, rima, serta pengaturan baris dan stanza. Puisi juga dapat mengekspresikan ekspresi yang berasal dari jiwa seseorang, karena ia menggambarkan pikiran-pikiran dalam penyair yang diungkapkan melalui bahasa dengan memperhatikan keindahan kata-kata. Resta, 202268. Salah satu penulis yang karya-karyanya masih populer saat ini adalah Chairil Anwar. Pria muda yang lahir pada tanggal 26 Juli 1922 di Medan, diberi nama “Si Binatang Jalang” yang diambil dari puisi yang sangat populernya berjudul “Aku”. Kemunculan Chairil Anwar di dunia sastra pada generasi ke-45 membawa gelombang warna baru ke dalam puisi Indonesia. Tidak seperti puisi sebelumnya yang cenderung membosankan, puisi Chairil hidup, penuh antusiasme dengan ekspresi segar, baru dan berani mereka. Gaya bahasa yang dia ciptakan penuh emosi, ekspresif, langsung, tetapi masih indah. Karya-karya besar yang telah dibuat oleh Chairil Anwar patut dihargai. Pada kesempatan ini, penulis akan menghargai puisi Chairil Anwar berjudul Sendiri menggunakan pendekatan mimetik. Pendekatan mimetik adalah pendekatan untuk studi sastra yang berfokus pada studi hubungan antara karya sastra dan realitas di luar karya-karya sastra. Abrams 1981 menambahkan pendekatan yang melihat karya sastra sebagai imitasi dan tambah sepi, tambah hampa Malam apa lagi Ia memekik ngeri Dicekik kesunyian kamarnya 1 2 3 4 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. AkuKalau sampai waktuku'Ku mau tak seorang 'kan merayu Selengkapnya baca di siniChairil Anwar, DCD 19597ParafrasenyaKalau sudah habis nafaskuKu tak mau seorangpun menangisi kuTidak perlu ada tangis dan duka atas kematiankuAku ini binatang jalang yang bebas dan lepasYang terbuang oleh pergumulan manusia Aku manusia yang bebas tanpa adanya sebuah aturan yang mengikat, sampai peluru menebus badanku, ku tetap Berang dan berontak Sakit dan penderitaan akan ku tahanKu tahan hingga rasa itu hilang sendiriAku tak perduli atas hal apapun yang menghalanginAku hanya mau semangat, pikiran dan karyaku dapat hidup walaupun aku sudah tak bernyawa lagi Lihat Ruang Kelas Selengkapnya AKU Kalau sampai waktukuKu mau tak seorang kan merayuTidak juga kauTak perlu sedu sedan ituAku ini binatang jalangDari kumpulannya terbuangBiar peluru menembus kulitkuAku tetap meradang menerjangLuka dan bisa kubawa berlariBerlariHingga hilang pedih periDan aku akan lebih tidak perduliAku mau hidup seribu tahun lagi Chairil AnwarMaret 1943 A. MAKNA PUISI AKU’Dengan membaca dan memahami makna puisi Aku karya Chairil Anwar, ada banyak hal yang bisa dipelajari. Khususnya, bagi generasi yang hidup di era kemerdekaan. Karena, pada generasi ini, tentu tidak pernah hidup dan mengalami secara nyata apa yang terjadi di era awal kemerdekaan Indonesia. Beberapa makna puisi Aku, di antaranya adalah Wujud kesetiaan dan keteguhan hati atas pilihan kebenaran yang diyakininya. Hal ini tercermin melalui dua kalimat di awal puisi tersebut, yakni “Kalau sampai waktuku Ku mau tak seorang kan merayu”Keberanian dalam berjuang meskipun banyak resiko yang akan dihadapi. Termasuk resiko untuk kehilangan nyawa atau terluka karena senjata musuh. Inilah yang digelorakan oleh Chairil Anwar, yang tersurat pada bait ketiga puisi yang tak pernah padam. Sebagaimana yang dinyatakan melalui kalimat “aku mau hidup seribu tahun lagi”. Hal tersebut adalah cermin dan betapa semangat Chairil Anwar untuk berjuang, tidak ingin dibatasi oleh waktu B. UNSUR INTRINSIK PUISI AKU’ Tema Tema pada puisi “Aku” karya Chairil Anwar adalah menggambarkan kegigihan dan semangat perjuangan untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan, dan semangat hidup seseorang yang ingin selalu memperjuangkan haknya tanpa merugikan orang lain, walaupun banyak rintangan yang ia hadapi. Dari judulnya sudah terlihat bahwa puisi ini menceritakan kisah AKU’ yang mencari tujuan hidup. Pemilihan Kata Diksi Untuk ketepatan pemilihan kata sering kali penyair menggantikan kata yang dipergunakan berkali-kali yang dirasa belum tepat, diubah kata-katanya. Seperti pada baris kedua bait pertama “Ku mau tak seorang ’kan merayu” merupakan pengganti dari kata “ku tahu”. “Kalau sampai waktuku” dapat berarti “kalau aku mati”, “tak perlu sedu sedan“dapat berarti “berarti tak ada gunannya kesedihan itu”. “Tidak juga kau” dapat berarti “tidak juga engkau anaku, istriku, atau kekasihku”. Rasa Rasa adalah sikap penyeir terhadap pokok permasalahan yang terdapat pada puisi “Aku” karya Chairil Awar merupakan eskpresi jiwa penyair yang menginginkan kebebasan dari semua ikatan. Di sana penyair tidak mau meniru atau menyatakan kenyataan alam, tetapi mengungkapkan sikap jiwanya yang ingin berkreasi. Sikap jiwa “jika sampai waktunya”, ia tidak mau terikat oleh siapa saja, apapun yang terjadi, ia ingin bebas sebebas-bebasnya sebagai “aku”. Bahkan jika ia terluka, akan di bawa lari sehingga perih lukanya itu hilang. Ia memandang bahwa dengan luka itu, ia akan lebih jalang, lebih dinamis, lebih vital, lebih bergairah hidup. Sebab itu ia malahan ingin hidup seribu tahun lagi. Uraian di atas merupakan yang dikemukakan dalam puisi ini semuanya adalah sikap chairil yang lahir dari ekspresi jiwa penyair. Nada dan Suasana a. NadaDalam puisi tersebut penulis menggambarkan nada-nada yang berwibawa, tegas, lugas dan jelas dalam penyampaian puisi ini, karena banyak bait-bait puisi tersebut menggandung kata perjuangan. Dan menggunanakan nada yang syahdu di bait yang terkesan sedikit SuasanaSuasana yang terdapat dalam puisi tersebut adalah suasana yang penuh perjuangan, optimis dan kekuatan emosi yang cukup tinggi tetapi ada beberapa suasana yang berubah menjadi sedih karena dalam puisi tersebut menceritakan ada beberapa orang yang tak mengaangap perjuangannya si tokoh. Majas Dalam puisi tersebut menggunakan majas hiperbola pada kalimat “Aku tetap meradang menerjang”. Terdapat juga majas metafora pada kalimat “Aku ini binatang jalang”. Pencitraan/pengimajian Di dalam sajak ini terdapat beberapa pengimajian, diantaranya Ku mau tak seorang ’kan merayu Imaji Pendengaran, Tak perlu sedu sedan itu’ Imaji Pendengaran, Biar peluru menembus kulitku’ Imaji Rasa, Hingga hilang pedih perih’ Imaji Rasa. Amanat Amanat adalah hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat berhubungan dengan makna karya sastra. Makna bersifat kias, subjektif, dan umum. Makna berhubungan dengan individu, konsep seseorang dan situasi tempatpenyair mengimajinasikan dalam Puisi Aku’ karya Chairil Anwar yang dapat saya simpulkan dan dapat kita rumuskan adalah sebagai berikut Manusia harus tegar, kokoh, terus berjuang, pantang mundur meskipun rintangan harus berani mengakui keburukan dirinya, tidak hanya menonjolkan kelebihannya harus mempunyai semangat untuk maju dalam berkarya agar pikiran dan semangatnya itu dapat hidup selama-lamanya. C. UNSUR EKSTRINSIK Biografi Pengarang Chairil Anwar di Medan, 22 Juli muncul di dunia kesenian pada zaman dari esai-esai dan sajak-sajaknya terlihat bahwa ia seorang yang individualis yang bebas dan berani dalam menentang lembaga sensor pun seorang yang mencintai tanah air dan bangsanya, hal ini tampak pada sajak-sajaknya Diponegoro, Karawang-Bekasi, Persetujuan dengan Bung Karno, dll. Hubungan Karya Sastra Dengan kondisi sosial masyarakat Pada Saat Karya Sastra Lahir Sajak AKU ini, banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial masyarakat pada zaman itu. Bahkan sebagai akibat dari lahirnya sajak AKU ini, Chairil Anwar ditangkap dan dipenjara oleh Kompetai Jepang. Hal ini karena sajaknya terkesan membangkang terhadap pemerintahan AKU ini ditulis pada tahun 1943, di saat jaman pendudukan masyarakat pada waktu itu sangat miskin dan Indonesia berada di bawah kekuasaan Jepang, tanpa mampu berbuat banyak untuk paksa marak terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia menjadi budak di negaranya sendiri. Chairil Anwar mulai banyak dikenal oleh masyarakat dari puisinya yang paling terkenal berjudul Semangat yang kemudian berubah judul menjadi Aku. Puisi yang ia tulis pada bulan Maret tahun 1943 ini banyak menyita perhatian masyarakat dalam dunia sastra. Dengan bahasa yang lugas, Chairil berani memunculkan suatu karya yang belum pernah ada sebelumnya. Pada saat itu, puisi tersebut mendapat banyak kecaman dari publik karena dianggap tidak sesuai sebagaimana puisi-puisi lain pada zaman ituPuisi yang sebelumnya berjudul Semangat ini terdapat dua versi yang berbeda. Terdapat sedikit perubahan lirik pada puisi tersebut. Kata ku mau’ berubah menjadi kutahu’. Pada kata hingga hilang pedih peri’, menjadi hingga hilang pedih dan peri’. Kedua versi tersebut terdapat pada kumpulan sajak Chairil yang berbeda, yaitu versi Deru Campur Debu, dan Kerikil Tajam. Keduanya adalah nama kumpulan Chairil sendiri, dibuat pada bulan dan tahun yang sama. Mungkin Chairil perlu uang, maka sajaknya itu dimuat dua kali, agar dapat dua honor Aidit1999.Penjelajahan Chairil Anwar berpusar pada pencariannya akan corak bahasa ucap yang baru, yang lebih berbunyi’ daripada corak bahasa ucap Pujangga Baru. Chairil Anwar pernah menuliskan betapa ia betul-betul menghargai salah seorang penyair Pujangga Baru, Amir Hamzah, yang telah mampu mendobrak bahasa ucap penyair-penyair sebelumnya. Idiom binatang jalang’ yang digunakan dalam sajak tersebut pun sungguh suatu pendobrakan akan tradisi bahasa ucap Pujangga Baru yang masih cenderung mendayu-dayu. Secara makna, puisi Aku tidak menggunakan kata-kata yang terlalu sulit untuk dimaknai, bukan berarti dengan kata-kata tersebut lantas menurunkan kualitas dari puisi ini. Sesuai dengan judul sebelumnya, puisi tersebut menggambarkan tentang semangat dan tak mau mengalah, seperti Chairil Pada lirik pertama, chairil berbicara masalah waktu seperti pada kutipan 1. Kalau sampai waktuku Waktu yang dimaksud dalam kutipan 1 adalah sampaian dari waktu atau sebuah tujuan yang dibatasi oleh waktu. Chairil adalah penyair yang sedang dalam pencarian bahasa ucap yang mampu memenuhi luapan ekspresinya sesuai dengan yang diinginkannya, tanpa harus memperdulikan bahasa ucap dari penyair lain saat itu. Chairil juga memberikan awalan kata kalau’ yang berarti sebuah pengandaian. Jadi, Charil berandai-andai tentang suatu masa saat ia sampai pada apa yang ia cari selama ini, yaitu penemuan bahasa ucap yang berbeda dengan ditandai keluarnya puisi tersebut. Ku mau tak seorang kan merayu Pada kutipan 2 inilah watak Charil sangat tampak mewarnai sajaknya. Ia tahu bahwa dengan menuliskan puisi Aku ini akan memunculkan banyak protes dari berbagai kalangan, terutama dari kalangan penyair. Memang dasar sifat Chairil, ia tak menanggapi pembicaraan orang tentang karyanya ini, karena memang inilah yang dicarinya selama ini. Bahkan ketidakpeduliannya itu lebih dipertegas pada lirik selanjutnya pada kutipan 3. Tidak juga kau Kau yang dimaksud dalam kutipan 3 adalah pembaca atau penyimak dari puisi ini. Ini menunjukkan betapa tidak pedulinya Chairil dengan semua orang yang pernah mendengar atau pun membaca puisi tersebut, entah itu baik, atau pun tentang baik dan buruk, bait selanjutnya akan berbicara tentang nilai baik atau buruk dan masih tentang ketidakpedulian Chairil atas keduanya. Tidak perlu sedu sedan ituAku ini binatang jalangDari kumpulannya terbuang Zaini, salah seorang Sahabat Chairil pernah bercerita, bahwa ia pernah mencuri baju Chairil dan menjualnnya. Ketika Chairil mengetahui perbuatan sahabatnya itu, Chairil hanya berkata, “Mengapa aku begitu bodoh sampai bisa tertipu oleh kau”. Ini menunjukkan suatu sikap hidup Chairil yang tidak mempersoalkan baik-buruknya suatu perbuatan, baik itu dari segi ketetetapan masyarakat, maupun agama. Menurut Chairil, yang perlu diperhatikan justru lemah atau kuatnya orang. Dalam kutipan 4, ia menggunakan kata binatang jalang’, karena ia ingin menggambar seolah seperti binatang yang hidup dengan bebas, sekenaknya sendiri, tanpa sedikitpun ada yang mengatur. Lebih tepatnya adalah binatang liar. Karena itulah ia dari kumpulannya terbuang’. Dalam suatu kelompok pasti ada sebuah ikatan, ia dari kumpulannya terbuang’ karena tidak ingin mengikut ikatan dan aturan dalam kumpulannya. Biar peluru menembus kulitkuAku tetap meradang menerjangLuka dan bisa kubawa berlariBerlariHingga hilang pedih peri Peluru tak akan pernah lepas dari pelatuknya, yaitu pistol. Sebuah pistol seringkali digunakan untuk melukai sesuatu. Pada kutipan 5, bait tersebut tergambar bahwa Chairil sedang diserang’ dengan adanya peluru menembus kulit’, tetapi ia tidak mempedulikan peluru yang merobek kulitnya itu, ia berkata “Biar”. Meskipun dalam keadan diserang dan terluka, Chairil masih memberontak, ia tetap meradang menerjang’ seperti binatang liar yang sedang diburu. Selain itu, lirik ini juga menunjukkan sikap Chairil yang tak mau cacian dan berbagai pembicaraan tentang baik atau buruk yang tidak ia pedulikan dari sajak tersebut juga akan hilang, seperti yang ia tuliskan pada lirik selanjutnya. Dan aku akan lebih tidak perduliAku mau hidup seribu tahun lagi Inilah yang menegaskan watak dari penyair atau pun dari puisi ini, suatu ketidakpedulian. Pada kutipan 6, bait ini seolah menjadi penutup dari puisi tersebut. Sebagaimana sebuah karya tulis, penutup terdiri atas kesimpulan dan harapan. Kesimpulannya adalah Dan aku akan lebih tidak perduli’, ia tetap tidak mau peduli. Chairil berharap bahwa ia masih hidup seribu tahun lagi agar ia tetap bisa mencari-cari apa yang Chairil ingin menunjukkan ketidakpeduliannya kepada pembaca, dalam puisi ini juga terdapat pesan lain dari Chairil, bahwa manusia itu adalah makhluk yang tak pernah lepas dari salah. Oleh karena itu, janganlah memandang seseorang dari baik-buruknya saja, karena kedua hal itu pasti akan ditemui dalam setiap manusia. Selain itu, Chairil juga ingin menyampaikan agar pembaca tidak perlu ragu dalam berkarya. Berkaryalah dan biarkan orang lain menilainya, seperti apa pun bentuk penilaian itu. Ø Penggunaan Bahasa Dalam pengungkapan puisi diatas penyair menggunakan bahasa yang khas yaitu pemberani yang ingin bebas dari semua ikatan disana .Penyair tidak mau terhasut rayuan dari siapapun. Dia tetap pada pendiriannya yang ingin berkreasi, contoh pada syair Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Ø Pilihan Kata/Persamaan Bunyi Ciri khas puisi yang lain juga dapat dilihat dari pilihan kata/ persamaan bunyi dan persajakan. Misalnya pada syair Kalau sampai waktuku Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Dalam penggalan puisi diatas, dapat dijumpai persamaan bunyi sebagai berikut Rima akhir dijumpai pada kata waktuku , merayu , kau , itu Bunyi Vocal Asonansi terdapat pada syair Tak perlu sedu sedan itu . terdapat bunyi Aku ini binatang jalang . terdapat bunyi Diksi pilihan kata pada syair Kalau sampai waktuku Dalam kutipan syair puisi diatas penyair lebih memilih kata “Kalau sampai waktuku “ . Maksudnya, jika dia telah sampai pada waktunya wafat, dia tidak mau ada seorangpun yang merayunya karena itu semua tidak penting bagi penyair. Majas Dalam puisi diatas terdapat majas hiperbola pada syair Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang ……………………………….. Aku mau hidup seribu tahun lagi Ø Makna Kiasan Konotatif Pada Setiap Bait Bait Pertama Kalau sampai waktuku Ku mau tak seorang kan merayuTidak juga kau Pada bait ini tertulis keyakinan pengarang yang sangat bulat terhadap apa yang diyakininya, sehingga tak bisa dirayu siapapun. kata “kau” menggambarkan seorang yang dekat atau bisa menjadi siapa saja. Bahkan merayupun tidak diinginkan oleh pengarang Bait Kedua Tak perlu sedu sedan itu Dalam bait ini sebenarnya penulis bukan bermaksud menghibur siapapun yang merayunya, tapi hal ini bermaksud bahwa penulis tidak akan goyah meskipun dirayu dengan cara apapun. Bait Ketiga Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Penulis mengakui bahwa dirinya bukanlah sesuatu yang penting, maka ia tidak perlu dibujuk atau dirayu oleh siapapun. Bait Keempat dan Kelima Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Disini, penulis menggambaarkan bahwa keyakinan dan tekadnya sangat bulat. Meski beribu rintangan dan halangan menghadang, tapi penulis tetap memegang teguh keyakinannya. Bait Keenam dan Ketujuh Dan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi Pada kalimat ini, peulis menekankan bahwa dirinya tidak peduli dengan semua rintangan yang dihadapinya. Ø Tema Tema puisi ini adalah perjuangan. Seperti pada kalimat di bawah ini Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Analisi Puisi Aku karya Chairil Anwar AKU Kalau sampai waktuku'Ku mau tak seorang kan merayuTidak juga kauTak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalangDari kumpulannya terbuangBiar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjangLuka dan bisa kubawa berlariBerlariHingga hilang pedih periDan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi Analasis Puisi Aku karya Chairil Anwar Bait pertama Kalau sampai waktuku'Ku mau tak seorang kan merayuTidak juga kau Bait itu bermakna bahwa kebulatan keyakinan pengarang yang sangat terhadap apayang diyakininya, sehingga tak bisa dirayu siapapun. kata "kau" bisa menjadiseorang yang dekat atau bisa menjadi siapa saja. Bahkan merayupun tidakdiinginkan oleh pengarang Bait kedua Tak perlu sedu sedan itu Dalam bait yang satu baris itu sebenarnya penulis bukan bermaksud menghibursiapapun yang merayunya. Walaupun bernuansa menghibur sebenarnya hal itubermaksud menegaskan bahwa dirayu dengan cara apapun entah sedih atauekspresi melas penulis tak akan goyah. Bait ketiga Aku ini binatang jalangDari kumpulannya terbuang Penulis semakin mempertegas keyakinannya dengan merendahkan hati bahwa iabukan sesuatu yang peting untuk diurusi maka hendaknya tidak perlu dibujukrayu karena hal itu akan sia-sia. Bait empat dan kelima Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjangLuka dan bisa kubawa berlariBerlariHingga hilang pedih peri - Puisi adalah ungkapan emosi dan perasaan. Dilansir dari Rachmad Djoko Pradopo dalam buku Pengkajian Puisi 1990, struktur merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antara unsur-unsurnya terjadi hubungan yang timbal balik, saling menentukan. Puisi terdiri atas struktur fisik dan batin. Strukur fisik puisi di antaranya ialah tipografi, pencitraan, kata konkrit, majas, konotasi, dan versifikasi. Berikut analisis struktur fisik puisi Aku karya Chairil AnwarKalau sampai waktuku'Ku mau tak seorang kan merayuTidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalangDari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitkuAku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlariBerlariHingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagiBaca juga Lapis Makna dalam Puisi Tipografi puisi Aku terdiri atas tujuh bait. Bait pada puisi ini singkat dan padat. Pada bait kedua, keenam, dan ketujuh hanya berisi satu baris dengan satu kalimat. Ada baris yang hanya berisi satu kata. Sementara baris paling panjang berisi enam kata. Diksi Chairil Anwar menggunakan pilihan kata yang lugas, tegas, dan padat. Pilihan diksi yang menunjukkan ketegasan menyiratkan sesuatu yang penuh emosi sekaligus ketegaran. Pencitraan salah satu citraan yang merangsang panca indera dalam puisi Aku ada pada kata “peluru menembus kulitku”. Kalimat tersebut menrepresentasikan imaji mengenai rasa sakit, perih, atau luka. Pada keseluruhan puisi, meski rasa sakit terus dirasakan, sosok “aku” dalam puisi ini tetap tegar dan bertahan. Kata konkrit kata yang berhubungan dengan imaji atau pencitraan antara lain “Aku mau hidup seribu tahun lagi”. Kalimat itu terdapat pada bait terakhir. Citra ketegaran dalam puisi terwakili seluruhnya melalui kalimat tersebut. Majas puisi ini mengandung majas personifikasi. Personifikasi adalah penggambaran benda mati yang dikiaskan seolah hidup. Contohnya kata “peluru menembus”. Sementara penggunaan majas hiperbola atau kiasan yang melebih-lebihkan ada pada kata “sedu sedan” dan “meradang menerjang”. Chairil juga menggunakan majas metafora pada kata “Aku ini binatang jalang”. Versifikasi rima puisi Aku didominasi dengan akhiran yang berbunyi i dan u. Iramanya terkesan lugas dan cepat karena menggunakan kata dan kalimat pendek.

analisis puisi chairil anwar aku